Demonstrasi Hong Kong: Menolak Intervensi Demi Demokrasi

Caping.lsdpqt.org - Puluhan ribu pemrotes yang menamakan diri aktivis pro-demokrasi dan pro-pemerintah berkumpul di jalan-jalan utama sekitar kawasan Central - Hong Kong. Dalam tuntutannya, para aktivis Occupy Central [kebanyakan mahasiswa] ini menolak rencana pemerintah China tertanggal 31 Agustus lalu yang dianggap tidak demokratis. China dalam rencana Pemilu 2017 nanti telah menunjuk sejumlah daftar nama kandidat yang akan dipilih dalam Pemilu penguasa wilayah otonomi khusus Hong Kong pada 2017. Kaum pro-demokrasi Hong Kong menolak ini, mereka menganggap hal tersebut hanya akan menguntungkan China. 

Pemandangan occupy central (bbc.news)
Jalannya Occupy Central sepintas mirip dengan peristiwa Occupy Wallstreet di Amerika Serikat pada 2011 lalu. Meski aksi ini berlangsung damai, namun kabar terakhir sampai Minggu [28/9/2014] ini, ada beberapa aktivis yang terluka dan 78 lainnya diamankan oleh pihak kepolisian. Sementara itu, seiring meningkatnya represi serangan gas air mata, semprotan merica, dan air dari petugas keamanan, kebanyakan demonstran secara kreatif membekali diri dengan mantol, payung, kacamata, penutup mulut dan hidung.

Pejuang-pejuang pro-demokrasi di tengah kepungan polisi (bbc.news)
Sebenarnya, gelombang demonstrasi ini bermula sejak 22 September lalu. Saat itu, ada beberapa kelompok mahasiswa menolak dengan cara memboikot kelas-kelas yang diadakan di Universitas-universitas di Hong Kong. Gelombang pembangkangan sipil ini, kemudian berlanjut dan terus berlangsung dalam aksi-aksi turun ke jalan-jalan utama. Benny Tai, seorang professor ilmu Hukum, dan Chan Kin-man seorang profesor ilmu Sosiologi adalah beberapa akademisi kampus yang terlibat dan mempelopori gerakan Occupy Central ini.  

Seperti diketahui Hong Kong sampai saat ini masih berada intervensi (rule) China setelah Inggris mengembalikannya pada 1997 lalu. Inggris dan China memiliki otoritas terutama menyangkut urusan luar negeri dan perjanjian keamanan Hong Kong. Hubungan China dan Hongkong semakin memanas, sejak rencana akan diadakannya Pemilu di Hong Kong tahun 2017 mendatang. Dalam rencana Pemilu tersebut, rakyat Hong Kong terbelah dalam dua blok yakni kaum pro-demokrasi dan pro-Beijing. Kaum pro-demokrasi menganggap pemerintahan China interventionis. Kaum pro-demokrasi Hongkong inilah yang menolak intervensi dan melancarkan sejumlah aksi yang kemudian dikenal dengan Occupy Central ini. (AB)

Reff: 
diterjemahkan dan diolah dari http://www.bbc.com/news/world-asia-china
SHARE
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar