Pondok ini tampak megah dengan bangunan yang masih terlihat baru. “Kabar yang beredar di masyarakat kami, sebelum tahun 1979 bangunan pondok itu belum ada. Yang ada hanyalah bangunan-bangunan gubug kecil yang di bangun di sekitar Masjid setempat yang dikhususkan untu anak-anak atau orang-orang yang ingin belajar mengaji. Baru setelah tahun 1979, gedung-gedung itu baru dibangun” tutur Ahmad salah satu santri di pondok tersebut.
Kegiatan sehari-hari pondok tersebut tidaklah terlalu padat. “Mengajinnya dimulai setelah subuh dengan mengaji Al-Qur’an dilanjutkan dengan mengaji kitab hingga sekitar pukul 08 pagi. Setelah itu para santri bisa beristirahat ataupun bisa membantu kegiatan Ndalem kesawah mengurusi hasil pertaniannya hingga sekitar pukul 12 siang” kata seorang santri kepada salah satu kru Caping.
Menginjak awal Muharram atau tahun baru hijriyah, tidak ada perayaan spesial yang diadakan di pondok tersebut. Para santri memperingati perayaan tahun baru Muharram di lingkup masyarakat dengan mengikuti kegiatan ta’aruf mengelilingi kota Salatiga yang dilaksanakan mulai dari lapangan Pancasila menuju Pasar Raya dan kembali lagi ke lapangan Pancasila. Sedangkan di pondoknya sendiri, hanya dilakukan doa bersama mengakhiri tahun dan mengawali tahun baru Hijriyah yang dilakukan setelah sholat Ashar dan setelah sholat Mahgrib.
Para santri juga tidak ada yang pulang kerumahnya masing-masing untuk merayakan tahun baru dirumah. “Libur yang diadakan di pondok ini tidak terjadi pada waktu hari-hari besar seperti sekarang ini, tetapi pada bulan-bulan Rabiul awal dan bulan Rajab (26/10)” kata Agus, salah seorang santri putra pondok tersebut.(MA)
0 komentar :
Posting Komentar