Cinta dan Perasaan Ingin Memiliki : Telaah Anarkis


Oleh 
Javanarko*

              Perkembangan sejarah cinta di antara manusia dewasa ini sama halnya dengan nasib perkembangan properti. Pandangan tentang pentingnya hak milik telah menjangkiti seluruh aspek kehidupan masyarakat kapitalis. Para kapitalis dengan bersembunyi di balik logika kebebasan, telah menciptakan aturan-aturan dimana kepemilikan diterima sebagai sesuatu yang lumrah. Termasuk dalam hal ini cinta, cinta wajib mempersyaratkan kepemilikan fisik lawan jenis.  
Dalam menanggapi argumen kapitalis ini kita mengingat argumen Proudhon tentang what is property? Dan ia jawab property is theft! Ini berlaku secara umum untuk melawan segala tipe kepemilikan. Kapitalisme telah kaya raya dengan mengakui hak milik. Dari penguasaan media mereka berkampanye tentang pentingnya privelege ini.
Kapitalis sengaja mengingkari kebenaran aspek sosial dalam setiap barang. Mereka menolak secara mentah-mentah anggapan tentang pentingnya kepemilikan kolektif dalam setiap komoditas. Kebenaran bahwa hak milik yang berdiri sendiri tidaklah mungkin ada, tanpa adanya campur tangan dari berbagai pihak. Itulah sebetulnya,  pentingnya perlawanan terhadap segala bentuk hak kepemilikan atau privilege harus diakhiri.
Dalam perkara cinta masalah hak milik ini menjalar pada komplek penyakit cinta seperti maraknya perjodohan, pemingitan, kopi darat, maraknya biro jodoh dan kekaguman pada lawan jenis secara berlebihan. Akibat perkembangan pentingnya kepemilikan atas obyek cinta, hari-hari ini dapat kita lihat muda-mudi begitu terang mengalami ketergantungan dengan lawan jenis. Setiap hari, mereka tak bisa luput dari fashion, selfie, dan beragam status curhat di media sosial yang ujungnya soal dinamika percintaan lawan jenis. Mereka terikat dan harus mengkonsumsi berbagai produk kecantikan/ fashion salon agar tidak kehilangan orang yang mereka cintai.
Sumber gambar: https://img0.etsystatic.com.
Kebebasan Cinta/ Free Love
Free love adalah bentuk hubungan dimana antar pasangan tidak obsesif. Memberi tanpa tendensi, meminta tanpa mengebiri atau dengan kata lain agar setiap individu tetap bebas tidak kehilangan menjadi diri yang harus ‘menghidupi hidup’-nya. Bentuk-bentuk cinta tersebut, tentu saja menentang berbagai lembaga yang mengikat seperti yang diatur oleh negara dan agama dalam hukum-hukum dan aturan pernikahan. Yang penting digarisbawahi, cinta yang bebas tidak merasa kehilangan fisik orang yang dicintai karena dorongan kebebasan menuju harmoni bersama lebih menjadi faktor dominan.
Permasalahan hubungan asmara yang memicu pemerkosaan, patriarkhism, senyatanya berawal dari tidak berkembangnya cinta yang bebas. Budaya pop dan perkembangannya, walaupun sepintas menawarkan kebebasan mengkonsumsi, selanjutnya menjadikan muda-mudi tawanan produk budaya yang parasit.
Kita bisa menarik garis lurus pada trend anak muda, yang muncul di layar kaca sebagai identitas fetishyang ditiru oleh konsumen yang merangkap penggemar. Inilah bukti bahwa budaya pop itu diciptakan oleh kelas kapitalis, dan tidak datang dari kebutuhan. Budaya pop yang selanjutnya menjadi trend memang disusupkan oleh kelas masyarakat bisnis kepada konsumen.
Adapun nilai-nilai dalam cinta bebas adalah tidak membuat pasangan tersebut terikat dan harus melekat. Moral dari cinta bebas adalah mencari sensasi nilai kebebasan atas sebuah hubungan. Hal ini tentu saja, menjadi kontras dengan budaya masyarakat kapitalis dimana berpacaran itu selalu identik dengan bergandengan tangan, berboncengan sambil memeluk, berkencan, dan perbuatan-perbuatan material berpasangan. Mereka tidak saja mementingkan status, mereka sangat butuh pengakuan atas cintanya dengan ikatan pernikahan, berpacaran, anak, persenggamaan, serumah, dll.
Dalam melihat rujukan tentang bentuk percintaan bebas ini, kita dapat kembali pada jenis cinta kanak-kanak atau primitive yang nyaris tanpa sakit hati. Cinta bebas lahir dari dan mengikuti proses di alam realitas. Ia tidak merepotkan dengan mempersyaratkan pra-syarat karena mencintai esensi cinta itu sendiri. Free love merupakan cinta yang tidak semakin dinikmati semakin membuat salah satu pihak terbelenggu. Free love adalah bentuk cinta yang semakin dinikmati semakin manusiawi dan membebaskan.
Administrator at Salatiga Circle
SHARE
    Blogger Comment
    Facebook Comment

1 komentar :