Sumber:allaboutryandi.blogspot.com |
Kalau aku kemudian memutuskan untuk tidak aksi massa, ekstra parlementer dan sejenisnya bukan karena anti klimaks atau kemunafikan yang dibungkus dengan jargon profetik. Namun semata-mata, sekali lagi, semata-mata hanya ingin melihat kerja-kerja temen-temen -yang notebene aktifis gerakan pro demokrasi- yang kemudian dengan vulgar bekerja untuk urusan dukung mendukung dalam pilpres 2014 ini. Mengetahui kawan-kawan yang telah ber-partisan sampai kira-kira 3 kali pemilu ini untuk bersama -bagi yang sepakat- ber-refleksi atas kemajuan yang terjadi sampai saat ini.
Tiga kali periode pemilu dan pilpres langsung, tidak ada kemajuan berarti bagi demokrasi di negeri ini kecuali replikasi orde baru yang tumbuh lagi dengan dalih PERUBAHAN. Pemain lama masih sangat mudah exist, para kroni orde lama masih sangat mudah bertengger di tampuk kekuasaan, baik legislatif maupun -terlebih - eksekutif. Para penikmat kekuasaan orde baru lebih fasih omong demokrasi ketimbang korbannya. Para pemabuk kekuasaan masih bergentayangan dimana-mana. Para koruptor masih sulit dieksekusi karena ada gandeng-cenengnya dengan kroni terdahulu. Belum lagi kasus klasik seperti yang terjadi di Rembang dan Tasikmalaya. "Rakyat berhadapan dengan tentara dan eksekutif, dan seterusnya, dan seterusnya. Sepertinya masih jauh panggang dari api...
Kalau kawan-kawan masih juga menutup mata pada fakta ini dan kemudian dengan sejuta argumen dan segudang pembenaran untuk kemudian 'mengisi ruang-ruang kekuasaan atau sebutlah masuk kekuasaan' maka yang terjadi sebetulnya pengingkaran atas 'sakit demokrasi' yang sedang kita alami. Okelah saya akan mengamini untuk dalam satu periode (5 tahun ini), saya akan lihat adakah kemajuan yang berarti yang sebanding dengan semangat kita dalam mendukung calon pilpres masing-masing.
0 komentar :
Posting Komentar