Kisah inspiratif; pengantre makanan menjadi miliuner

oleh : mujab


Peristiwa penanda tanganan kontrak jual beli dilakukan di pintu dimana dahulu digunakan untuk mengantre makanan. Ini adalah peristiwa tak lazim karena biasanya penandatanganan kontrak dilakukan di hotel, kantor atau tempat mentereng lainnya. Peristiwa bersejarah ini menandai penjualan seuah start up dengan nilai penjualan yang sangat fantastis.

Adalah Jan Koum, Imingran asal Ukraina yang beruntung meneken kontrak penjualan sebesar USD 19 milliar atau kalau dirupiahkan menjadi sekitar Rp 222,6 triliun. Ini adalah harga yang dibayarkan facebook ketika membeli WhatsApp, aplikasi berkirim pesan berbasis nomor ponsel yang sering para pembaca pakai. Harga sebesar itu bahkan lebih besar dibandingkan ketika microsoft membeli Nokia beberapa waktu lalu. Padalah Nokia memiliki ribuan karyawan sementara WhatsApp karyawannya kurang dari 100 orang.

Jan Koum sendiri drop out kuliah karena merasa bosan dengan perkuliahan, sering pindah-pindah kerja mulai dari yahoo, dimana ia menghabiskan 9 tahun bekerja di sini, sampai pada peristiwa ditolaknya lamaran kerja pria kelahiran tahun 1976 ini di facebook. Seandainya ia jadi di terima di facebook mungkin sejarahnya akan berbeda.

WhatsApp adalah aplikasi messenger yang terinspirasi dari lupa password, sesuatu yang sering kali terjadi pada pengguna komputer. Tidak disangka aplikasi sederhana ini bisa laku sedemikian keras bahkan mengalahkan nilai ketika Google membeli morolla yang hanya senilai USD 12,5 milliard atau ketika microsoft membeli skype seharga USD 8,5 milliar.

Padahal masa lalu Jan Koum memperihatinkan sebagaimana ia gambarkan sendiri ketika menandatangani kontrak perjanjian jual beli tersebut. sebagai imigran ia pernah jadi tukang sapu, tinggal di rumah yang disediakan pemerintah bersama ibu dan neneknya, dan yang paling parah adalah hidup dari jaminan sosial dan harus mengantre kupon makanan karena tidak punya duit. 

Kendati sempat mengalami kesulitan keuangan, WhatsApp terus tumbuh dan mulai menghasilkan pendapatan dari biaya langganan yang ditarik dari pengguna. 

Kini, WhatsApp telah menjelma jadi layanan pesan instan terbesar dengan jumlah pengguna aktif per bulan mencapai 450 juta. Setiap hari, sebanyak 18 miliar pesan dikirim melalui jaringannya. Semua itu ditangani dengan jumlah karyawan hanya 50 orang.

Kendati demikian, Menurut Kompas 21/2, dia tak melupakan masa lalu. Koum menandatangani perjanjian bernilai triliunan rupiah dengan Facebook itu di depan bekas kantor Dinas Sosial North County, Mountain View, tempat dia dulu mengantre kupon makanan bersama-sama warga kurang mampu lainnya.

WhatsApp versi pertama benar-benar dipakai sekadar untuk update status di ponsel. Pemakainya kebanyakan hanya teman-teman Koum dari Rusia. "Lalu, pada suatu ketika, ia berubah fungsi jadi aplikasi pesan instan. Kami mulai memakainya untuk menanyakan kabar masing-masing dan menjawabnya," ucap Fishman, sebagaimana dikutip oleh Forbes.

Koum pun tersadar bahwa dia secara tak sengaja telah menciptakan layanan pengiriman pesan. "Bisa berkirim pesan ke orang di belahan dunia lain secara instan, dengan perangkat yang selalu Anda bawa, adalah hal yang luar biasa," kata Koum. 

Ketika itu, satu-satunya layanan messaging gratis lain yang tersedia adalah BlackBerry Messenger. Namun, aplikasi ini hanya bisa digunakan di ponsel BlackBerry. Google G-Talk dan Skype juga ada, tetapi WhatsApp menawarkan keunikan tersendiri di mana mekanisme login dilakukan melalui nomor ponsel pengguna. 

Koum merilis WhatsApp versi 2.0 dengan komponen messaging. Jumlah pengguna aktifnya langsung melonjak jadi 250.000 orang. Dia kemudian menemui Acton yang masih menganggur. Acton bargabung dengan WhatsApp dan membantu mencarikan modal dari teman-teman eks-Yahoo. 

Kendati sempat mengalami kesulitan keuangan, WhatsApp terus tumbuh dan mulai menghasilkan pendapatan dari biaya langganan yang ditarik dari pengguna. 

Kini, WhatsApp telah menjelma jadi layanan pesan instan terbesar dengan jumlah pengguna aktif per bulan mencapai 450 juta. Setiap hari, masih menurut Kompas sebanyak 18 miliar pesan dikirim melalui jaringannya. Semua itu ditangani dengan jumlah karyawan hanya 50 orang.

Sumber: http://tekno.kompas.com/read/2014/02/21/0950207/CEO.WhatsApp.dari.Tukang.Sapu.Jadi.Miliarder tanggal 22/2/2014
http://berandakata.blogspot.com/2014/02/fakta-fakta-di-balik-pembelian-whatsapp.html.tanggal 22/2/2014
Foto: Jan Koum, a co-founder and CEO of WhatsApp, dengan Sheikh Maktoum bin Mohammed bin Rashid Al Maktoum, Deputy Ruler of Dubai. sumber: http://cdn-wac.emirates247.com/polopoly_fs/1.525591.1382625831!/image/2019021094.gif.tanggal22/2/2014
SHARE
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar