Ketika Bahruddin berbagi pengalaman tentang sumur resapan

Bahruddin menyampaikan paparannya di hadapan peserta workshop
Salatiga, Caping. "Jauh sebelum ada kerjasama dengan IUWASH, saya sudah konsen soal air. Ada 10 rumah disekitar rumah saya." Kata Bahruddin dalam penjelasannya sebagai Nara Sumber di SPPQT jumat,21/2.

Bahruddin, Ketua Dewan Pertimbangan Organisasi SPPQT hadir dalam acara Workshop Hasil Assessment yang di gelar di Sekretariat SPPQT. Kehadirannya adalah sebagai nara sumber mengenai sumur resapan yang akan menjelaskan manfaat dan fungsi sumur resapan kepada para peserta workshop.

"Satu SR d halaman rumah saya dengan ukuran kedalaman 4-5 meter bisa menampung 10 rumah. Sumur yang biasa saya pakai cukup sering membersihakan bebatuannya. Namun semenjak ada SR di halaman rumah, saya sudah tidak membersihakan sumur lagi. SR sebenarnya menjawab kebutuhan kita sendiri. SR di halaman rumah tidak hanya mnejawab kebutuhn air di sumur saya, tapi juga sepuluh rumah disekitar rumah saya." Kata Bahruddin dihadapan sekitar 60 peserta workshop yang hadir siang itu.

Kemudian bahruddin menjelaskan mengenai pengelolaan air di Merbabu. "Kalau di Merabu ada pengelolaan air, dengan membuat terasiring dengan tidak membuarkan run off tentu akan sangat baik untuk tanaman. Kalau semua petani melakukan ini mereka tidak harus mengangkut pupuk karena humus akan terbentuk dengan sendirinya." Katanya.

Lebih lanjut Bahruddin menjelaskan tentang fungsi Merbabu yang seharusnya sebagai penampung air di musim hujan. "Dengan begitu fungsi gunung sebagai penampung air akan berfungsi. Senjoyo dan yang lainnya akan tetap besar mata airnya. SR harusnya tidak hanya enam desa, tapi seluruh di Jateng harus melakukan program ini."

Kaitannya dengan program sumur resapan SPPQT dengan IUWASH dan CCFI bahruddin mengungkapkan pandangan dan harapannya untuk jangka panjang. "Proyek pembangunan SR dengan IUWASH tidak hanya selesai disini, tapi harusnya ada kebijakan yang melibatkan propinsi dan penguasa lahan harus mengamankan air hujan. Kalau itu tercapai tentu kit akan kaya sumber daya alam (air)". Katanya di depan tim dan pengurus SPPQT yang berbaur dengan peserta workshop.

Kemudian Bahrudin mengambil contoh pengelolaan lahan dan konservasi di Toraja. "Ada pengalaman di Toraja, mereka program agroferesty. Disana ada bukit yang bernama Basokan yang setiap tahun dibakar karena tumbuh ilalang karena sebagai tepat persembunyai tikus. Program agroforestry adalah mengelola dengan membuat terasiring, di bagian ujung digali dan ditanami kakau dan yang lainnya. Bukit yang tadinya setiap tahunnya dibakar waktu saya berkunjung ke sana mereka sudah panen kakau,kopi, vanili dan tidak dibakar lagi. Di sana juga ada perombakan tata keolala lahan yang berpihak pada buruh-buruh miskin. Dikembangkan juga program mina tani yang tentu membutuhkan ketersediaan air." Katanya panjang lebar.

Bahruddin kemudian melanjutkan harapannya atas program sumur resapan yang baru melangkah tahap assessment ini. "Kalau kita mengupayakan konservasi air kita akan mencakup semuanya. Janagn terfokus hanya pada 800 unit SR. Ketika petani membuat tanggul agar air tidak mengalir ke selokan, humusnya sebenarnya tertahan. Kalau humus terbawa banjir akan menjadi bencana. Kalau sumur mata air baik, tentu ketersediaan air bersih dimanapun akan terjamin." Katanya. /jb

baca juga:
Hasil assessment sumur resapan
Manfaat sumur resapan



SHARE
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar