SETETES AIRMATA UNTUK AYAH



Persegi-persegi tua itu membisu disela garis kesunyian,
Selintas sorot mataku yang menerangi bayang nya yang hitam kelabu,
Fatamorgana keramaian membelalak samar didepan mata,
Hanya hentak langkah ku yang terasa menggema ditelinga,
Seraya meneriakkan suara lirih dari sudut-sudut ruang sepi hatiku,
Aku lalu menatapnya yang tersenyum dingin diujung kesunyian,
Melambai dengan bilur airmata yang deras mengembun dari mata beningnya,
Bait-bait do’a yang ia gerakkan dari bibirnya,
Tengadah tangan yang rapuh,
Sentuhannya tak lagi nyata,
Aku baru saja mengerti, kaki tuanya melangkah sepanjang garis nafasnya untuk melukis seberkas sinar terang dilangit,
Agar bintangnya tak lagi redup dan padam,
Tangan tua nya tak lagi mampu menoreh baris-baris kata,
Langkah desis tangis nya yang mewakili hening kalbu yang merintih memohon,
Aku takut jika ia pergi,
Eratkan genggaman kami, agar kami dapat saling menyinari dalam satu warna... “Bahagia”

SHARE
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar