Mengukur Revolusi 2014 sebagai Jalan Keluar dari Masalah Korupsi

Oleh : Purwanto



Hari anti korupsi yang jatuh pada tanggal 9 Desember adalah refleksi bagi setiap bangsa didunia bahwa kejahatan korupsi adalah akan membuat petani semakin miskin dan menderita, serta kesejahteraan berkurang. Kelaparan, kemiskinan, pengangguran, bahkan kematian adalah dampak sistemik yang diakibatkan oleh kejahatan korupsi yang dilakukan oleh para manusia yang buta agama, nurani dan kemanusiaan terhadap sesama. Mereka adalah penjahat besar dan penghianat dalam sejarah beragama dan kemanusiaan, berbangsa dan bernegara.

Kejahatan korupsi ini pula salah satunya telah menyebabkan Indonesia tak pernah maju dalam pembangunan apapun dari masa orde baru hingga reformasi. Para koruptor kakap dibiarkan bebas menghirup udara merdeka dan tak tahu malu mempertontonkan kejahatannya dengan rasa bangga dan seolah tak berdosa bahkan dengan gaya hidup mewah, hedonis, serta pragmatis juga seolah mampu membeli negara ini.

Kejahatan korupsi dimasa reformasi telah menemukan bentuknya yang paling ekstrim dan radikal namun tak terlihat tertutup oleh sistem yang super canggih atas nama kebijakan dan dipayungi undang-undang serta peraturan. Empat domain besar yang kini mendapat perhatian kita semua, yaitu eksekutif, legislatif, yudikatif dan keterlibatan serta penetrasi pengusaha yang harus kita semua berikan warning untuk tidak melakukan kejahatan korupsi.

Efektivitas penyelenggaraan pemerintahan yang sama sekali tidak lagi reformis dalam hal birokrasi, transparansi dan akuntabilitas pemerintahan, lolosnya UU, PP dan lain sebagainya serta di berbagai daerah melalui Perda yang tidak lagi mencerminkan kepentingan petani miskin, petani penggarap, dan buruh tani dengan ditenggarai adanya unsur suap/gratifikasi adalah sedikit dari mafia eksekutif dan parlemen ditingkat nasional dan daerah.Pemborosan, korupsi terselubung, dan kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat adalah masalah diera reformasi.

Begitupula mafia hukum dan peradilan diwilayah yudikatif (Kepolisian, Kejaksaan, dan Kehakiman) menambah kian kusutnya hukum dinegeri ini. Keadilan tak pernah bersambut bagi rakyat rakyat kecil, sementara itu para koruptor selalu lolos dari jeratan hukum, bahkan seolah mempertontonkan kepada publik kekuasaan yang mereka miliki mampu membeli aparat hukum.

Hukum yang tak tegas dan masih banyaknya celah dalam sistem kebijakan kita telah membuat rakyat Indonesia marah namun tak mampu berbuat banyak. Revolusikah jalan keluar dari masalah korupsi tersebut?

Sekilas Tentang Revolusi

Revolusi atau peralihan cepat suatu keadaan sosial politik atau kebudayaan atau pada suatu sistem kekuasaan pada suatu bangsa/negara. Revolusi juga berarti gerakan membongkar habis tatanan lama untuk maksud dan tujuan menggantikannya degan tatanan baru. Revolusi juga diartikan sebagai usaha penggantian penguasa/pemerintahan lama dgn penguasa/pemerintahan baru. Oleh sebab itu revolusi pasti menimbulkan gejolak dan tantangan dari sistem, tatanan, penguasa atau pemerintahaan yg lama.

Secara sempit, politik dpt diartikan sbg upaya merebut dan mempertahankan kekuasaan. Oleh sebab itu, revolusi diartikan sebagai gerakan politik.

Secara umum, revolusi menggambarkan gerakan dari rakyat. Meski begtu, ada juga revolusi yg berasal dari inisiatif penguasa. Karena itu revolusi rakyat pada 2014 yg akan datang pasti menimbulkan gejolak sosial politik yg berimplikasi jatuhnya banyak korban jiwa.

Karena penguasa yg ingin dijatuhkan rakyat pasti tidak rela mundur begitu saja, gunakan segala kekuatannya terutama militer utk bertahan. Militer yg secara konstitusional di bawah pemerintah , akan membantai para pendukung revolusi. Korban berjatuhan pasti tidak terelakan.

Revolusi bisa tidak berdarah dan tidak telan jatuh korban jika mayoritas rakyat secara eksplisit dan ekspresif mendukung revolusi. Dukungan tersebut harus ditunjukan dengan kehadiran jutaan massa rakyat yg hadir dan ikut dalam gerakan revolusi tersebut secara bersatu padu.

Khusus untuk kemungkinan besar revolusi pada 2014 yang akan datang di Indonesia, sebaiknya memang harus dicegah, dihindari dengan segala cara. Konstelasi politik domestik, regional asia pasifik dan dunia sangat rentan menunggangi revolusi indonesia 2014 dengan agenda masing-masing. Rovolusi indonesia 2014 jika terjadi akan dapat dipastikan ditunggangi kepentingan asing, papua merdeka, aceh merdeka, melayu raya, dan seterusnya. Yang lebih mengerikan jika revolusi indonesia itu kian tidak terkendali dan dibelokan pihak tertentu ke arah “Balkanisasi”. Kiamat bagi Republik Indonesia.

Balkanisasi adalah peristiwa bencana kemanusiaan dan disintegrasi suatu negara menjadi beberapa negara terpisah akibat perang antarwarga. Perang antarwarga atas motif perbedaan agama (islam vs kristen) dan suku bangsa (bosnia vs serbia vs kroasia). Jutaan orang tewas.Kebencian vs kebencian, dendam vs dendam, kemarahan vs kemarahan, agama vs agama, suku vs suku. Tidak ada habis-habisnya. Semua kalah binasa.

Perang yg terjadi di Balkan, benua eropa itu, adalah mimpi buruk dan cacatan kelam dalam sejarah kemanusian dan dunia. Semua jenis kejahatan dan kekejaman yg tidak pernah terbayangkan sebelumnya, terjadi di Balkan sana. Neraka dunia. Peran negara2 luar yang katanya ingin mendamaikan, malah seperti menyiram minyak dalam kobaran api. Balkan pun hancur lebur. Chekoslawkia dan Yugoslavia menghilang dari peta dunia. Muncul Bosnia, Serbia dan Kroasia setelah menelan tumbal jutaan nyawa manusia.

Revolusi Indonesia 2014 jika terjadi, sangat mungkin akan bernasib sama atau lebih buruk daripada Chekoslavia dan Yugoslavia tersebut. Jutaan nyawa sia-sia. Tidak hanya Papua Merdeka, Aceh Merdeka, Melayu Raya saja yg berdiri, tapi mungkin juga Borneo Raya, Republik Maluku, Republik Bali dan Madura.

Kekecewaan, kemarahan, frustasi memuncak & darah mendidih melihat kehancuran hukum, keadilan& kesejahteraan bangsa memang harus disalurkan. Disalurkan dalam mekanisme politik yg namanya pemilu dan pilpres. Jika dicurangi dengan puluhan juta EKTP palsu, suara siluman, manipulasi? Jika dikadali dengan IT KPU, putusan sesat MK, penggiringan media pelacur bayaran dan kooptasi penguasa zalim ?
SHARE
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar