Kajian anti korupsi LSDP-QT dan Bidang Pemuda di Hari Natal

Meja di ruangan utama SPPQT sedikit demi sedikit mulai terisi, hingga akhirnya diskusi diskusi tentang anti korupsi dimulai sekitar pukul 11.00 siang Rabo 25/12. Peserta diskusi adalah beberapa kader LSDP-QT dan pegiat di bidang pemuda SPPQT. Diskusi ini juga mengundang pemateri dari Gerakan pemuda anti korupsi Boyolali dan Ketua pengurus LSDP-QT sebagai pembanding. Diskusi berjalan lancar sampai selesai sekitar pukul 15.00 Sore.

Muhlisin mengatakan bahwa sesungguhnya seluruh pegiat SPPQT yang terdiri dari 30 an orang juga diundang. Namun pada kenyataannya yang hadir hanya pegiat dari bidang pemuda. "Semoga ini tidak mengurangi semangat kita untuk melakukan kajian" katanya. tercatat peserta yang hadir adalah dari LSD Ngudi Raharjo, Salatiga, LSD Harapan Makmur, Kab Semarang, LSD Sejahtera, Kab. Boyolali, LSD Berkah Alam, Salatiga, LSD Suka Maju, Batang, dan LSD AL-hikmah, Kab Semarang.

Dalam paparannya pemateri dari Gepak, Bramastio, mengatakan bahwa Korupsi selain diberantas juga perlu di cegah. Maka dari itu Gepak nyaris tidak pernah melaporakan tersangka atau orang yang di tengarai melakukan korupsi ke pihak berwajib, tetapi lebih dalam upaya-upaya pencegahan melalui pendidikan anti korupsi. Lebih lanjut ia menyampaikan keluhannya mengenai kondisi pemerintahan Boyolali dimana kantor Gepak berada. Gepak merasa sendirian di sana dalam memperjuangkan gerakan anti korupsi dan pemerintahan yang bersih.

Adapun ketua pengurus LSDP-QT dalam paparannya menyampaikan bahwa korupsi seakan-akan telah mengubah logika sehat bangsa Indonesia. Perbuatan korupsi sudah sedemikian banyak yang diungkap, banyak tersangka dengan jabatan yang tinggi dan nilai korupsi yang fantastis, Tetapi bangsa ini seakan-akan tidak merasakan kejadian apa-apa. Mahasiswa damai-damai saja tidak melakukan gerakan masif, Masyarakat cuek dan tetap dalam aktifitas sehari-hari seakan-akan negara ini baik-baik saja. bahkan ketika pilkades kadang pemilih justru menunggu siapa yang akan memberikan uang dan siapa yang memberi uang paling banyak. Seakan mereka sudah melihat tindakan-tindakan itu sebagai sebuah kewajaran. "kejahatan kok dilihat sebagai kewajaran, ini logika yang terbalik-balik."
SHARE
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar