Membuat editorial Juli pada bulan Desember, tentu saja suatu kelainan, tapi mau bagaimana lagi. Apapun alasannya, menjadikan media yang tertib dan disiplin berarti harus tertib menjalankan sunah-sunah sebagai prasyarat agar yang wajib nanti dapat dijalankan. Tanpa editorial tentu saja koran ini tidak akan lengkap.
Membicarakan setengah tahun lalu untuk saat ini tentu rentang waktu yang panjang, di sini kita harus 'mengorek ingatan'. Satu tulisan yang menarik ditulis pada bulan Juli ini adalah tulisan berjudul "China-Malaysia siap serbu industri dan pasar padi Indonesia" yang ditulis oleh kawan Mujab. Baiklah akan kita kupas berita itu dalam paragraf yang penting saja, bagaimana pada paragraf ke dua dan ke tiga yang tertulis;
Pada tulisan tersebut secara jelas tergambar bagaimana proses okupasi tanah oleh para kapitalis agraria di tanah air, di balik retorika 'mengajari', menolong, bekerjasama raksasa bisnis mengakumulasi modal di atas tanah dan keringat kaum tani lokal yang nantinya akan diperankan sebagai buruh. Dapat tergambar pula di situ, bagaimana peran kapitalis bumiputera dengan modal yang jauh lebih kecil, sengaja menempatkan diri menjadi kartel agar proses industrialisasi pertanian yang digagas oleh kapitalis asing ini dapat 'mulus' tanpa rintangan.
Juli atau Desember hanya semata permasalahan waktu. Waktu yang tidak akan berarti tanpa adanya kesadaran manusia untuk memanfaatkan. Kalau para pemodal raksasa dengan inner interest-nya telah bekerja dengan baik untuk mengakumulasi uang dan modal yang mereka miliki, kita sebagai orang yang berposisi sebaliknya harus mencegah agar industrialisasi ini tidak menjadi menghisap. Kerja, dan bekerja dalam organisasi disini harus kita sadari sebagai proses melakoni episode sejarah perjuangan. Perjuangan meruntuhkan tirani modal yang tamak dan rakus.
Membicarakan setengah tahun lalu untuk saat ini tentu rentang waktu yang panjang, di sini kita harus 'mengorek ingatan'. Satu tulisan yang menarik ditulis pada bulan Juli ini adalah tulisan berjudul "China-Malaysia siap serbu industri dan pasar padi Indonesia" yang ditulis oleh kawan Mujab. Baiklah akan kita kupas berita itu dalam paragraf yang penting saja, bagaimana pada paragraf ke dua dan ke tiga yang tertulis;
... Menurut Malaysia Chronicle, Senin (22/7/2013), perusahaan perkebunan China Liaoning Wufeng Agricultural telah menandatangani nota kesepakatan kerja sama dengan Malaysian Amarak Group dan perusahaan lokal Indonesia, Tri Indah Mandiri.
Disusul pada paragraf ke tiga;
.... Wufeng merupakan pemodal utama dalam rencana pengembangan dan pengolahan padi dan kedelai di Subang, Jawa Barat, Indonesia. Amarak diketahui berkontribusi sebesar 20% dari investasi awal di tanah air tersebut. Sebuah laporan menyatakan jumlah investasi tersebut bisa berkembang mencapai US$ 5 miliar (Rp 50,8 triliun).
Juli atau Desember hanya semata permasalahan waktu. Waktu yang tidak akan berarti tanpa adanya kesadaran manusia untuk memanfaatkan. Kalau para pemodal raksasa dengan inner interest-nya telah bekerja dengan baik untuk mengakumulasi uang dan modal yang mereka miliki, kita sebagai orang yang berposisi sebaliknya harus mencegah agar industrialisasi ini tidak menjadi menghisap. Kerja, dan bekerja dalam organisasi disini harus kita sadari sebagai proses melakoni episode sejarah perjuangan. Perjuangan meruntuhkan tirani modal yang tamak dan rakus.
0 komentar :
Posting Komentar