Oleh: Edy S
Kita semua tentu setuju jika Pengkaderan merupakan hal wajib yang harusnya dilakukan sebuah organisasi sebagai penerus gerakannya. Dari itu, hampir semua organisasi bahkan sampai partai politik melakukan pengkaderan untuk melanjutkan perjuangan gerakan organisasinya. Pengkaderan biasanya melbatkan pemuda, karena memang kita semua harus meyakini bahwa penerus haruslah yang muda, yang masih punya banyak waktu belajar, masih punya waktu dan masih panjang usia hidupnya.
Kita semua tentu setuju jika Pengkaderan merupakan hal wajib yang harusnya dilakukan sebuah organisasi sebagai penerus gerakannya. Dari itu, hampir semua organisasi bahkan sampai partai politik melakukan pengkaderan untuk melanjutkan perjuangan gerakan organisasinya. Pengkaderan biasanya melbatkan pemuda, karena memang kita semua harus meyakini bahwa penerus haruslah yang muda, yang masih punya banyak waktu belajar, masih punya waktu dan masih panjang usia hidupnya.
Beberapa organisasi bahkan juga membuat organisasi sayap sendiri untuk mengurusi pengkaderan. Tujuannya tentu jelas, untuk mendidik kader sesuai garis perjuangan organisasi.
Sayangnya pengkaderan seolah tidak berjalan pada organisasi sebesar SPPQT (Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah). Meskipun memiliki organisasi pemuda sendiri (KBQT dan LSDPQT) nyatanya terlihat masih bingung mencari kader di sana sini. Dalam banyak hal, Staff Bidang SPPQT masih harus mencari kader baru untuk mengisi posisinya.
Terakhir, saat sedang melakoni advokasi untuk reklaming lahan di Wonosobo beberapa waktu lalu (bahkan masih berlangsung sampai sekarang). Kegiatan yang ditangani Staff Bidang advokasi SPPQT nyatanya dipaksa harus mencari relawan sendiri. LSDPQT yang seharusnya menyediakan kader mudanya ternyata hanya bisa menyediakan satu kader saja. Padahal, saat Rakerpim desember 2014 lalu, PH (Pelaksana Harian) LSDPQT sendiri yang meminta pemuda (LSDPQT) untuk diikut sertakan dalam setiap kegiatan advokasi SPPQT.
Hal demikian akhirnya memunculkan banyak pertanyaan, apakah SPPQT mulai krisis kader penerus? Sedangkan SPPQT sendiri sudah memiliki organisasi pemuda yang harusnya melakukan pengkaderan, bahkan organisasi itu sudah otonom. Tak bisa dipungkiri, lahirnya LSDPQT tentunya diharapkan akan memberikan pengkaderan yang telah terdidik, terdoktrin dengan ideologi SPPQT. Namun nyatanya dalam banyak kasus, SPPQT harus mencari kader baru di luar, yang jelas bisa kita ragukan loyalitasnya, kita pantas pertanyakan latar belakangnya, apalagi pengetahuannya tentang organisasi (Qaryah Thayyibah).
Selain itu, pertanyaan lain yang muncul tentu mengenai kapasitas LSDPQT sendiri. Sepayah apa kaderisasi yang dilakukan LSDPQT, sehingga hampir 100% kadernya tidak terpakai di SPPQT? Sebagai organsiasi pengkaderan, harusnya bisa memberikan kader terbaiknya untuk segala kegiatan keorganisasiannya (SPPQT). Atau setidaknya memberikan kesan kepada organisasi induknya (SPPQT) bahwa kadernya lebih baik dari kader baru yang direkrut secara instan.
Memang tidak bisa serta merta menyalahkan salah satu Atau keduanya. Tetapi apapun itu, kader LSDPQT tentu pantas sedikit kecewa karena magangnya mereka selama lebih dari 3 tahun ternyata tak dipakai. Namun, sebagai anggota LSDPQT juga, tentunya harus merasa malu kalau memang terbukti LSDPQT tak bisa mencetak kader sesuai harapan organisasi pusatnya. Apalagi kita tahu, khususnya anggota SPPQT dan LSDPQT sendiri tahu, staff bidang pemuda terpaksa melakukan pengkaderan sendiri di luar kaderisasi LSDPQT. Entah itu wujud ketidak percayaan terhadap LSDPQT, Atau memang obsesi pribadi. Entah siapa yang tahu, setidaknya kita semua berharap, semoga itu semua tidak memberi makna SPPQT tidak punya kader penerus.
Edy S: Bagian dari Pelaksana Harian LSDPQT
0 komentar :
Posting Komentar