Editorial Juli: Tahun Politik (Semoga Bukan) Bagi Elite

Banyak analis dan pengamat melihat tahun 2014 ini sebagai tahun politik. Mereka menggunakan kacamata diadakannya Pemilu Legislatif dan Presiden sebagai tolok ukur kenapa tahun ini cocok disebut tahun politik. Dan apakah lewatnya dua hajat tersebut di tahun ini berarti tugas politik kita tidak ada lagi? Dengan menyandarkan manifesto politik LSDPQT dan ideologi QT tentu saja kita akan mengatakan, "Politik kita tidak/ belum selesai!".

Pemilu berlalu belum lama, dulu diantara kita ada yang saling berjibaku karena perbedaan pilihan. Meskipun dari awalnya kita mengatakan non-partisan dan berusaha netral (tercantum di AD/ART), tapi toh kenyataan kita secara organisasional/personal seringkali tergoda dalam tarik menarik dukungan. Padahal senyatanya, agenda kerakyatan jauh lebih riil, penting dan mendesak untuk dilaksanakan daripada berjibaku memperjuangakan calon presiden atau legislatif yang belum jelas.

LSDPQT berdiri memperjuangakan petani kecil, pemuda desa yang miskin, menganggur dan jutaan terbesar wong cilik di desa. Dan kita percaya bahwa kemiskinan petani adalah struktural-sistemik. Kita juga mengamini ketimpangan ini sedikit banyak dibuat oleh institusi negara yang terus berpihak pada pemodal. Lalu, apakah dibenarkan kalau kita masih percaya bahwa  sistem yang mengabdi pada kepentingan kaum pemodal ini masih memiliki nurani? Apakah kita yakin bahwa petani yang terhisap dan mengalami keterasingan ini dapat diselamatkan oleh kebijakan para caleg atau presiden yang terpilih (parlementarisme)? Masih cukup betahkan kita percaya pada janji-janji dan retorika para politisi itu? 

Akhirnya, melalui editorial pendek ini kita harus waspada dan curiga pada kepentingan jangka pendek orang-orang kaya yang berpolitik. Melalui membolak-balik pengalaman kita tentu harus belajar bagaimana susahnya menjadi rakyat  kecil. Jangan sampai saat kita terharu dan larut dalam euforia kemenangan calon presiden dan legislatif yang kita dukung, mata kita juga ikut tertutup menyaksikan jutaan petani terancam kehilangan mata pencaharian akibat ulah predator politik yang (siapa tahu) secara sadar justru kita dukung.
SHARE
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar