Jamaah Produksi SPPQT di Pidato Kebudayaan Gubernur Jawa Tengah
Dua unit mobil mpv bergerak di senja, Senin, 6/1 menerobos derasnya hujan yang tak kunjung reda. Dua mobil itu berisi rombongan peserta TOT Jamaah Produksi dan sejumlah staff SPPQT. Kedua mobil itu meninggalkan kota salatiga dengan satu tujuan; Wisma Perdamaian, Semarang, Jawa Tengah. Mereka bermaksud mengikuti pidato kebudayaan Gubernur Jawa Tengah yang akan membacakan pidatonya pada pukul 20.00.
Tidak semua peserta Pelatihan ToT Jamaah Produksi ikut dalam rombongan ini karena pemberitahuan kepastian sangat mendadak sehingga tidak semua peserta bisa mempersiapkan diri dan mengikuti agenda ini. Demikian pula dengan staff SPPQT, tidak bisa semua ikut karena koordinasi dan kepastian ikut dan tidaknya begitu mendadak. Sehingga hanya beberapa orang saja baik peserta ToT maupun staff SPPQT yang secara spontan bisa mengikuti agenda ini.
Peserta tiba di Wisma Perdamaian, Dekat Tugu Muda Semarang beberapa saat sebelum acara dimulai. Dua mobil tidak datang dalam waktu bersamaan mengingat perjalanan Salatiga-Semarang yang macet, ditambah hujan. Begitu tiba mobil sudah banyak sehingga agak sedikit kesulitan parkir. Mobil pertama berhenti di depan pintu dan penumpangnya langsung turun menuju Wisma. Rombongan ini langsung makan hidangan yang ada. Mobil kedua terjebak lampu merah beberapa kali dan penumpang ikut sampai tempat parkir. Begitu tiba di ruang makan, makanan habis. Resiko tiba telat.
Setelah dari ruang makan dan makan makanan yang tersisa, rombongan mencari kamar mandi karena kebelet pipis setelah kedinginan selama persiapan di Salatiga dan perjalanan. Mereka beramai-ramai menuju kamar mandi dan terjadilah antrean di sana.
Kemudian rombongan masuk ruangan utama WIsma Perdamaian di mana acara itu di gelar. Di dalam sudah banyak peserta datang dan duduk lesehan. Ada dari kalangan pejabat daerah, birokrat juga masyarakat adat. Terlihat dari jenis dan pakaian mereka yang beraneka ragam. Rombongan SPPQT dan Jamaah Produksi mengenakan kaos seragam Jamaah Produksi warna hitam dan Caping yang digunakan sewaktu wisuda.
Sekitar setengah jam kemudian GUbernur muncul di tengah-tengah ruangan dan langsung membacakan pidato kebudayaannya. Peserta tetap duduk santai lesehan sementara GUbernur membacakan pidatonya dengan sungguh-sungguh dan mantap. GUbernur bersikap santai dan tidak di atas mimbar sehingga bisa berjalan ke sana ke mari ketika membawakan pidatonya. Cara yang cukup menarik untuk mendekatkan dengan audiens nya.
Pidato setebal 25 halaman setengah kuarto itu dibacakan santai selama lebih dari satu jam. Tidak ada dialog atau tanya jawab di sana, karena itu memang sebuah pidato, bukan nara sumber seminar atau pemateri workshop. Peserta mendengarkan, tertawa, bertepuk tangan dan di penghujung pidato peserta bersama-sama menyanyikan lagu Padamu Negeri.
0 komentar :
Posting Komentar