Salatiga, Caping. Dalam sessi community organizing atau CO, peserta TOT Jamaah Produksi di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah mendapatkan materi tentang Community Organizing, atau CO. Untuk pertama kalinya materi ini dibawakan oleh Sukamto, salah satu pegiat SPPQT yang telah lama menjadi pegiat untuk kawasan Boyolali bawah, Sragen dan Purwodadi, khususnya sekitar Waduk Kedung Ombo. Sukamto menyampaikan materi pengorganisasian, seluk-beluk organisasi di masyarakat, program kerja hingga hal-hal yang menjadi pengalamannya selama mengorganisir di lapangan.
Pelatihan Jamaah Produksi ini sendiri diikuti oleh perwakilan dari 13 kelurahan di Kota Salatiga. Salatiga merupakan percontohan untuk nantinya program jamaah produksi bisa diimplementasikan di seluruh desa di Jawa Tengah.
Dalam kesempatan tersebut sukamto juga menyampaikan sessi yang cukup menarik yaitu perihal perilaku ideal seorang pemimpin. Hal ini disampaikan kaitannya dengan organisasi yang di dalamnya tentu saja membutuhkan figur seorang pemimpin selain aturan organisasi dan program kerja yang jelas. Sukamto menjelaskan perilaku ideal seorang pemimpin dengan menggunakan filosofi jawa yang katanya didapatkan sewaktu mengikuti pelatihan dengan sebuah dinas. Akan tetapi sukamto mengaku lupa kapan dan dimana materi itu di dapatkannya.
Perilaku ideal seorang pemimpin atau diistilahkan dengan Hasta Brata pemimpin itu adalah sebagai berikut: Pertama, pemimpin harus memiliki Baskara, atau diartikan sebagai matahari. Yang dimaksudkan pemimpin memiliki baskara adalah figur pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memberikan kekuatan bagi anggota, organisasi dan seluruh pihak yang menjadi rakyatnya. Dengan kata lain keberadaan pemimpin harusnya menambah kekuatan organisasi tersebut, termasuk menambah kekuatan semangat bagi anggotanya.
Kedua, pemimpin harus memiliki Candra atau diartikan sebagai rembulan. maksud pemimpin memiliki candra adalah pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memberikan penerangan, pencerahan dan wawasan. Jangan sampai sosok pemimpin justru membawa kegelapan dan pembodohan bagi anggota karena sikap bodoh dan perilaku culasnya.
Ketiga, pemimpin harus memiliki Kartika, atau diartikan sebagai bintang. Maksud dari pemimpin memiliki kartika adalah figur pemimpin harus bisa memberikan arah dan haluan. Ini mengacu pada filosofi orang terdahulu bahwa bintang bisa menjadi acuan arah dan haluan ketika berada di laut pada malam hari. Bagi petani keberadaan bintang juga menjadi penanda musim, apakah mulai menanam, mulai memanen, dan seterusnya.
Keempat, figur pemimpin harus memiliki Samirono atau bermakna angin. Maksud pemimpin memiliki Samirono atau angin adalah figur pemimpin harus bisa memberi kesejukan, bukan sebaliknya menimbulkan konflik, membawa masalah ataupun menjadikan kegaduhan tiada henti. Suasana sejuk diharapkan membawa situasi yang kondusif untuk berpikir, berjuang ataupun bekerja. Bahkan figur pemimpin bisa memberi kesejukan dengan kemampuan dia menyelesaikan masalah dengan arif dan bijaksana.
Kelima, pemimpin harus memiliki Wukir atau diartikan sebagai Gunung. Maksud pemimpin memiliki Wukir adalah pemimpin harus memiliki ketangguhan, keuletan, militansi, daya juang yang tinggi, gagasan cemerlang, strategi yang kuat dan tidak gampang mengeluh atau menyerah. Sebagai pemimpin tentu akan banyak masalah yang harus dihadapi dan diselesaikan. Ini sesuai dengan fungsi pemimpin yang harus mengambil kebijakan dan membuat keputusan. Pemimpin lemah akan meruntuhkan kekuatan organisasi karena kelemahannya. Sebaliknya pemimpin yang tangguh akan menginspirasi dan menyemangati anggota untuk lebih militan, lebih tangguh dan berdaya juang tinggi.
Keenam, pemimpin harus memiliki Jaladri atau diartikan sebagai laut. Maksud pemimpin memiliki Jaladri adalah pemimpin harus memiliki kemampuan untuk menampung masalah, kemampuan mendengarkan, kemampuan menggali akar masalah, kemampuan berpikir visioner atas sebuah atau rangkaian masalah, dan kesabaran dalam menghadapi masalah. Dengan demikian diharapkan pemimpin tidak melewatkan satu masalah pun yang ada dalam organisasi yang dipimpinnya. Tidak ada satu masukan pun yang terlewatkan, tidak ada satu kritik pun yang tidak didengarkan. Termasuk dalam sifat ini adalah kemampuan mengelola sumberdaya organisasi yang dimiliki untuk diarahkan sepenuhnya pada kerja-kerja menyelesaikan masalah, bukan memperpanjang masalah.
Ketujuh, pemimpin harus memiliki Dahana atau diartikan sebagai api. Maksud pemimpin memiliki Dahana adalah pemimpin harus memiliki kemampun, ketrampilan dan kebiasaan untuk bersikap tegas. Ketegasan dibutuhkan agar seluruh elemen organisasi memiliki memiliki kepastian dan landasan yang kuat untuk melakukan kerja-kerja sesuai dengan bidang dan wilayah kerja masing-masing. Pemimpin yang tidak mampu bersikap tegas akan menyebabkan organisasi menjadi tidak jelas, tidak efektif, dan mudah dipermainkan pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan. Di bagian lain situasi ini juga menyebabkan adanya unsur-unsur dalam organisasi yang menjadi korban tertindas karena ketidak tegasan pemimpin seperti porsi kerja yang tidak adil, pemberian penghargaan hasil kerja yang pilih kasih, pelanggaran yang tidak dihukum, pekerjaan tidak terselesaikan, dan sebagainya. Sebaliknya jika pemimpin tegas maka seluruh elemen organisasi nyaman dalam bekerja dan menyelesaikan persoalan dan pekerjaan sesuai aturan, kesepakatan organsasi, program dan ketetapan yang berlaku.
Terakhir, pemimpin harus memiliki Tirta atau diartikan sebagai air. Maksud pemimpin memiliki Tirta adalah pemimpin harus mampu, mampu dan terbiasa untuk bertindak adil dan merata. Ini sesuai dengan filosofi air yang akan mengalir kemana saja ketika harus kesana dia mengalir, tidak pilih-pilih tempat. Pemimpin harus adil. selain itu dalam bersikap adil pemimpin juga harus merata, tidak tebang pilih, tidak juga hangat-hangat tahi ayam, tidak juga terpengaruh oleh isu dan moment tertentu. Pemimpin harus bersikap adil dan merata sepanjang waktu dia memimpin organisasi tersebut.
Pelatihan untuk pelatih atau TOT ini masih akan berlangsung di setiap hari Sabtu dan Minggu hingga pertengahan Desember 2013. Bertindak sebagai pemandu atau pemateri dalam TOT ini adalah Bahruddin Mujab dan Usman Pradana. Sedangkan nara sumber untuk materi-materi terkait dicarikan orang-orang yang ahli dibidangnya, seperti Sukamto yang memang ahli di bidang pengorganisasian.\jb
0 komentar :
Posting Komentar