Caping.org- Terasering atau pertanian di lahan miring / curam sebenarnya beresiko dari ancaman angin, dan tanah longsor yang membahayakan keselamatan jiwa dan tanaman panen petani sepanjang waktu. Bahkan, tidak hanya dalam bertani, rumah-rumah penduduk-pun berlokasi di tempat-tempat yang rawan terkena longsoran tanah akibat terasering. Pertanyaannya, kenapa banyak petani di punggung Merbabu-Merapi tetap saja menempuh pola terasering ini dalam bertani hortikultura? Apa yang menyebabkan mereka nekad berterasering? Apa saja kekurangan dan kelebihan terasering yang mereka terapkan? Bagaimana tekniknya?
Untuk mengetahui lebih jauh terkait situasi dan kondisi petani berpola tanam lahan miring di Merapi dan Merbabu ini, reporter Arif Burhan dan Edy Susanto melaporkan secara eksklusif untuk Caping dari lahan terasering di kawasan Merapi-Merbabu di Kecamatan Selo, pada hari Kamis 4 April 2013.
Siang itu cuaca mendung hampir hujan, beberapa petani nampak beraktivitas di lahannya. Dari jalan raya Boyolali-Selo, nampak petak-petak pertanian berjejer membuat kotak-kotak persegi dengan aneka tanaman sayur-mayur di atasnya. Yang menarik adalah susunan dan lokasi yang curam dan miring, disana ada saja tanaman yang dibudidayakan diantaranya tanaman Kol, Cabai Merah, Adas, Wortel, Kubis, Sawi dan Tembakau.
Untuk mengetahui lebih jauh terkait situasi dan kondisi petani berpola tanam lahan miring di Merapi dan Merbabu ini, reporter Arif Burhan dan Edy Susanto melaporkan secara eksklusif untuk Caping dari lahan terasering di kawasan Merapi-Merbabu di Kecamatan Selo, pada hari Kamis 4 April 2013.
Siang itu cuaca mendung hampir hujan, beberapa petani nampak beraktivitas di lahannya. Dari jalan raya Boyolali-Selo, nampak petak-petak pertanian berjejer membuat kotak-kotak persegi dengan aneka tanaman sayur-mayur di atasnya. Yang menarik adalah susunan dan lokasi yang curam dan miring, disana ada saja tanaman yang dibudidayakan diantaranya tanaman Kol, Cabai Merah, Adas, Wortel, Kubis, Sawi dan Tembakau.
Pada lahan-lahan pertanian di sekitar punggung gunung Merapi-Merbabu pohon-pohon pinus dan cemara yang dulunya lebat sebagian besar sudah tertebang, kalaupun ada satu dua, itu ada di pematang. Karena tak nampak pohon tinggi yang menghijau, lahan petani berwarna kehijauan padang gundul dengan tanah-tanah dengan sayur-mayur yang tumbuh saja. Sementara, hijau-hijau pohon kalaupun nampak, ada pada dataran yang lebih tinggi, dekat pada puncak-puncak bukit atau mendekati puncak gunung yang jauh dari jangkauan rumah penduduk.
Sesampai di dekat pasar Selo, bersama bung Edy Susanto, kami berencana ingin mewawancarai beberapa petani sebagai narasumber, namun sayang hujan lebat, kami mengurungkan niat dan menunda rencana interview pada lain waktu, kami memutuskan untuk pulang. Dari pasar Selo, kami memutuskan untuk pulang dari jalur yang yang berbeda. Kami masuk jalur perkampungan penduduk sambil melihat kondisi petani sekitar punggung Merbabu. Baru beberapa meter kami masuk, kami menemui jalan tembus kecil yang menghubungkan antar desa sekitar punggung Merbabu, ada yang kecil saja, tapi juga ada yang dapat ditembus oleh kendaraan mobil dan motor. Lebih jauh, dari jalan-jalan kecil itu dapat kita jumpai alat pengangkut sayur-sayur hasil panen atau para petani yang mejeng di pinggir-pinggir lahan petani.
Kami harus mampir, akibat hujan yang deras (nampak Edy). |
Hampir lahan yang tersedia, setelah digunakan sebagai lokasi pemukiman digunakan sebagai areal bertani. Tak hanya lokasi yang datar, pada lahan-lahan miring sekalipun petani membuka lokasi menanam komoditasnya. Itulah barangkali yang menyebabkan punggung Merapi-Merbabu nampak sangat terbuka.
Mengamati teknik yang dilakukan pada lahan miring ini lebih dekat, akan kita lihat jalur-jalur tanaman yang ditata dengan arah mengikuti arus air, barangkali ini untuk mencegah longsor, atau mencegah kelebihan air hujan yang mungkin tertahan di lahan. Sementara itu, dalam mencangkul lahan miring itu, petani mengambil arah pencangkulan dari lokasi yang lebih tinggi ke arah yang lebih rendah, begitupun pada saat menanam. Melihat mereka bekerja menggarap lahan terasering ini, tentu saja butuh keseimbangan dan keberanian ekstra dari petani. Lantas kenapa mereka tetap mengerjakan lahan yang penuh resiko itu? to be continued... (EDY & AB)
Pambu peringatan longsor di samping tebing tanah yang gundul. |
Air sisa hujan yang terkumpul mengalir dari sungai, nampak lumpur kental akibat tanah yang tergerus. |
0 komentar :
Posting Komentar