Kunjungan PPSW Ke SPPQT

"Makna Qaryah Thayyibah adalah desa yang indah dalam bahasa arab. Indah tidak hanya sekedar indah secara fisik tetapi indah disini adalah desa yang ideal, dimana di sana ada keadilan, kesetaraan relasi antara laki-laki dan perempuan, demi terwujudnya situasi yang berkeadilan," Demikian Ruth Murtiasih, Ketua Umum SPPQT mengawali penjelasannya perihal SPPQT kepada beberapa person Pusat Pengembangan SUmberdaya Wanita (PPSW) dan Java Village.

Beberapa personel ini mengawali kunjungannya pagi ini untuk agenda selama 2 hari ke depan. Mereka menempati ruangan utama SPPQT. "Qaryah Thayyibah ini berbeda dengan lembaga lain karena organisasi tani ini adalah berbentuk membership, berbasis keanggotaan" kata Ruth melanjutkan penjelasannya. "Organisasi ini lahir karena ada harapan dan semangat masyarakat sipil untuk memformulasi kebebasan secara kongkrit di saat SPPQT berdiri yaitu pada tahun 1999, sesaat setelah reformasi." Demikian RUth menjelaskan situasi yang melatar belakangi berdirinya SPPQT.

"INisiator organisasi ini salah satunya adalah Bahruddin, seorang NU muda transformatif, yang menggagas dan merasakan keresahan tentang situasi bangsa ini yang salah". Lebih lanjut Ruth menjelaskan, "Masalah klasik petani adalah ketika panen harga jatuh, ketika menanam benih dan pupuk mahal, dan petani selalu terpuruk. Berangkat dari desa itulah Bahruddin memulai gerakannya."

"Pak DIn mulai mengalang kekuatan-kekuatan dari desa lain mengingat bahwa tidak mungkin rasanya petani berjuang sendiri dalam level desa, sehingga menjalin kekuatan kemudian menjadi penting. jadi kesadarannya adalah tidak mungkin memperjuangkan petani dari wilayah kecil dan sempit". Demikian kata Ruth. Dengan demikian diharapkan perjuangan bisa menjadi lebih kuat dan efektif.

Lebih lanjut Ruth menjelaskan mengenai asal muasal penggunaan nama Qaryah Thayyibah. "Nama Qaryah Thayyibah diusulkan oleh Pak Raymond seorang Batak yang pada waktu itu masih aktif di The Jakarta Post. Beliau adalah suportter berdirinya SPPQT. suporter lainnya adalah teman-teman gerakan dari Salemba seperti Pak Wiladi, ada juga mas Ayik, dan juga tokoh gerakan yang cukup terkenal yaitu Muslim Abdurrahman". Beberapa diantara mereka masih menemani SPPQT hingga saat ini.

"Pluralisme nampak dalam pendirian organisasi ini, ada Muhammadiyah yang mendukung, ada katolik yang mendukung, selain orang NU tentunya". Ini kemudian berbaur dengan komunitas petani yang juga beragam, ada yang santri, ada yang abangan dan lain sebagainya". Demikian Ruth dalam penjelasannya.

Sebagai informasi PPSW (Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita) Pasoendan adalah sebuah LSM yang berdiri pada tahun 2005, mempunyai visi pemberdayaan perempuan dengan focus isue : Sosial Ekonomi, Kesehatan Reproduksi, Buruh Migran Perempuan dan Pendidikan Politik, melalui strategi pengorganisasian masyarakat khususnya perempuan grassroot dengan melakukan pembentukan kelompok-kelompok perempuan, pelatihan, publikasi & advokasi kebijakan di tingkat lokal. PPSW Pasoendan merupakan anggota asosiasi PPSW yang berdiri sejak tahun 1986 di Jakarta.

Wilayah kerja PPSW Pasoendan adalah di Propinsi Jawa Barat dan Banten. Propinsi Jawa Barat berada di Kab Cianjur, Sukabumi dan Karawang, sedangkan di propinsi Banten berada di kabupaten Pandeglang, Lebak, Serang dan Tangerang, berada di 34 Kecamatan, 97 desa. Jumlah kelompok dampingan sampai dengan desember 2012 yaitu 196 kelompok, dengan jumlah anggota 7.310 terdiri dari 98% perempuan dan 2% laki-laki.



SHARE
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar