Studi Banding Peserta Jamaah Produksi penggerak desa

Sekitar 30 orang laki-laki dan perempuan memadati halaman komunitas belajar qaryah thayyibah, Rabo, 26/3. Mereka bersiap untuk menuju Desa Semayu, Kerteg, Wonosobo. Tujuannya di lokasi ini adalah belajar tentang pertanian organik berbasis air. Ada kolam ikan nila, ikan lele, belut sidat, dan cacing yang tersedia di lokasi ini dan peserta pelatihan akan belajar mengenai hal-hal tersebut.
Diantara peserta ada Siti Harsun, Ketua Bidang perempuan, buruh migran dan anak; Mujab, ketua bidang pemuda, dan Nurul Munawaroh, staff bidang pemuda SPPQT. Selain itu turut pula beberapa petugas dari Badan Koordinasi Penyuluh Jawa Tengah. Usaha perikanannya itu sendiri dikelola oleh Saudara Yudhi, aktifis yang bergiat dalam persoalan perikanan, khususnya ikan nila, lele, belut dan sidat. Yudho juga menggeluti usaha pemeliharaan cacing.
Sedangkan peserta pelatihan yang dikelola oleh Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah ini adalah perwakilan dari masing-masing desa dari Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Peserta adalah laki-laki dan perempuan sebagaimana di syaratkan pada pembentukan jamaah produksi. Semua peserta itu kemudian memenuhi bis yang disediakan Bakorluh untuk kemudian berangkat menuju lokasi pelatihan di Wonosobo.
Tiba di lokasi sekitar pukul 11.00 peserta tiba di lokasi. Mereka disambut pemilik rumah dan langsung mendapat paparan mengenai seluk beluk bertani ikan secara organik. Pak Yudhi menyampaikan dengan penuh semangat setelah sebelumnya petugas dari Bakorluh menyampaikan maksud dan tujuan dari kedatangan para peserta pelatihan ini.
Peserta mendapatkan penjelasan mengenai proses memelihara lele, belut, sudat, dan ikan nilai. Satu persatu materi itu disampaikan dengan langsung di luar ruangan, tepatnya disekitar rumah dan lahan dimana kolam-kolam ikan itu berada. Diantaranya mengenai kolam ikan bulat dari trpal lengkap dengan sistem pengaturan airnya, sehingga air akan selalu bersih dari limbah sisa makanan. Dengan demikian air dalam kolam tetap sehat untuk ikan.
Peserta juga mendapatkan penjelasan mengenai sistem pengolahan pupuk model tornado. Urin kelinci akan berputar seperti tornado dalam sebuah wadah, dan hingga dikunjungi urin tadi sudah diolah selama 21 hari. Siap Digunakan.
Peserta kemudian mempelajari mengenai sidat, dimana diinformasikan mengenai perbedaan memelihara belut dan sidat. belut cenderung hidup di air kotor sedangkan sidat berada diair jernih. Kalau belut hidup di air bersih sifat kanibalisme nya akan semakin tinggi, kata pak Yudhi.
Lokasi pelatihan yang dituju itu sendiri sudah menjadi semacam pusat pelatihan. Lengkapnya adalah Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan perikanan (PM2KP) Berkah Mina Mukti. Karena menjadi pusat pelatihan, maka Pak Yudhi sudah terbiasa mnghadapi pengunjung yang hendak menimba ilmu di sana.
SHARE
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar