Salatiga, Caping- Kamis, (30/10) Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah (SPPQT) menggelar acara festival pangan yang bertema Ra Tuku Ra Utang Gawe Dewe. Acara ini adalah acara tahunan yang bertujuan sebagai adanya pemahaman bersama tentang pentingnya mengkonsumsi pangan lokal sebagai bagian mewujudkan kedaulatan pangan dan mengupayakan pemerintah untuk menghentikan impor.
Acara ini dihadiri oleh berbagai kelompok kedaulatan perempuan. Yakni ada 10 kelompok kedaulatan perempuan yang hadir pada acara kali ini. Ke-10 kelompok tersebut yaitu dari Kabupaten Boyolali, Kabupaten Semarang, Salatiga, dan kelompok perempuan SPPQT itu sendiri. Acara festival pangan yang bertema Ra Tuku Ra Utang Gawe Dewe ini, juga memperkenalkan produk hasil dari karya-karya kelompok perempuan yakni berupa berbagai macam panganan yang terbuat dari hasil pertanian. Seperti, pizza ubi jalar, adas peyek, pudding labu, dan lainya. Serta berbagai macam minuman, seperti jamu tradisional beras kencur, jus wortel, kunir asem, dan lainya.
Menurut Sri Rahayu, salah satu anggota kelompok perempuan dari Blotongan menyatakan bahwa produk pangan ini tanpa bahan pengawet. Dari kelompoknya, mereka mambuat pizza ubi jalar dengan bahan lokal yakni panen sendiri seperti ubi jalar, paprika, tomat, jamur tiram, dan bahan lainya. Berbeda dengan kelompok sarana tani yang hanya menyediakan berbagai jenis sayur mayur seperti wortel, singkong, brokoli, tomat, dan sayuran segar lainya yang dipetik dari pegunungan. Menurut Mariyam, “Semua sayuran ini tanpa bahan pestisida. Para petani hanya menggunakan pupuk kandang, sehingga dijamin sehat bagi pengkonsumi,” ujarnya dengan yakin.
Dari penyelenggaraan acara ini, para pengunjung juga merasakan kebahagian tersendiri dalam berbelanja berbagai macam hasil karya perempuan. Ani salah satu pengunjung mengaku bahwa acara ini sangat menyenangkan baginya. “Saya lebih tertarik belanja di petani langsung seperti ini mbak, karna sudah jelas tanpa bahan pengawet” ujarnya dengan tegas.
Siti Harsun sebagai ketua Kedaulatan Pergerakan Perempuan menghimbau kepada masyarakat agar menanam untuk dimakan. “Apapun yang kita butuhkan kita tanam, kita olah sendiri, tidak bergantung dengan yang instan” serunya. Dalam acara festival pangan ini, semua panganan adalah hasil karya perempuan. Mereka menanam, mereka olah sendiri, dan mereka juga yang memakan. Oleh karena itu, Ra Tuku Ra Utang Gawe Dewe ini menjadi symbol masa depan yang sehat. /SP
0 komentar :
Posting Komentar