oleh: Arif Burhan
Petani ada yang kaya (pemilik tanah luas), namun lebih banyak yang miskin (kelas penggarap). Adanya kelas dalam masyarakat tani (feodalisme) ini sangat ditentukan oleh akses ke tanah. So, kalau you ingin duduk ongkang-ongkang, kuasailah tanah dan pekerjakan buruh tani untuk menghasilkan komoditas.
Sementara itu pada manusia industri ada yang kaya (pemilik pabrik), namun lebih banyak yang miskin (buruh pabrik). Adanya golong-golongan dalam masyarakat industri ini sangat ditentukan oleh derajat kepemilikan ke alat produksi utama (mesin pabrik).
Dalam beberapa waktu ini, kita saksikan aksi pemogokan buruh menuntut upah kepada pemerintah untuk menaikkan upah minimum, aksi tersebut adalah penanda bahwa proses produksi berlangsung secara tidak adil, karena upah tidak sebanding dengan apa yang dapat dihasilkan oleh kelas yang dibayar. Pemerintah dalam hal ini berperan menjadi penengah.
Iya, sekarang kompromi antara pemilik dan pekerja itu bisa berlangsung, namun selanjutnya kelas yang semakin solid akan membuktikan karakter aslinya yakni tidak harmonis. Ke depan, kita akan melihat gelombang perseteruan akan terus berlangsung dengan ekskalasi yang semakin meningkat.
Disini, apapun aspirasi dan solidaritas kita antara mendukung kelas pemilik atau buruh, sejatinya itu bukanlah pilihan melainkan mencerminkan karakter asli dari posisi kita sebagai pemuda tani yang tengah terninabobokan situasi. Kalau mau jujur sih sebetulnya kita harus berdiri di pihak kelas pembuat, karena adanya kesamaan penolakan atas sistem yang terpaksa mengusir kita dari desa untuk meraih upah yang tidak seberapa.
ilustrasi:http://beritaunikbaru.blogspot.com/2013/03/orang-kaya-dan-si-miskin.html
0 komentar :
Posting Komentar